Doa Seorang Anak Kecil

lari-sd1Oleh: Hariadi Kiswidodo – Depok

Pada suatu ajang Porseni tingkat Propinsi, ada 5 orang anak setingkat SMP yang siap bertarung dalam lomba lari 4 x 100 meter. Mereka adalah para juara di tingkat kotamadya / kabupaten sebelumnya dengan peringkat waktu yang tersingkat.. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final.

Tibalah saat yang dinantikan. Semua peserta sudah siap di tempat. Ada yang menarik, salah satu di antaranya, yang paling kurus, berdiri tegak, kepala menunduk, dua tangan dikatup di depan dada, mulutnya bergerak sedikit. Pengeras suara sudah memperdengarkan aba-aba agar semua peserta bersiap-siap. Ketika peluit berbunyi, melesatlah mereka di lintasan masing-masing. Sorak sorai para pendukung gegap gempita memenuhi stadion olahraga.

Pada awal lintasan 100 meter keempat ( terakhir ) tampak 3 anak berurutan ( sedangkan lainnya masih di lintasan 100 meter ketiga ), Posisi 3 anak itu hampir tak berubah, maklum mungkin sudah kecapaian dan Si Kurus berada di urutan ketiga. Namun pada menit-menit terakhir, penonton dibikin terhenyak, karena Si Kurus mampu mendahului lawannya dan … hai, ia berhasil menjadi nomor satu di garis finish, walaupun kemudian beberapa saat setelahnya kakinya tak dapat menyangga badan, hingga jatuh terduduk. Namun terlihat, ia masih sempat mengatupkan kedua tangan sambil mulutnya sedikit bergerak.

Pada saat penyerahan piala, Bapak Gubernur menanyakan sesuatu kepada Si Kurus.“Siapa namamu, Sang Jagoan?”
“Nama saya Andi, Pak.”
“Tadi, sebelum acara dimulai Bapak melihat Andi berdoa. Pasti kamu memohon kepada Tuhan agar dapat menang di perlombaan ini, bukan?”
“Oh, tidak Pak!” lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil meminta kepada Tuhan agar menolong saya untuk mengalahkan orang lain. Saya hanya mohon, supaya tidak menangis, jika kalah.”

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi stadion, bahkan banyak yang berdiri.
Setelah selesai pembagian piala, Bapak Gubernur berkenan mengucapkan pidato sambutan :

”Hadirin sekalian, tampaknya anak-anak lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua, yang lebih dewasa. Andi, tidaklah mohon kepada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Dia tak memohon, agar Tuhan meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, perrmohonannya supaya diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa kepada Tuhan agar terkabulkan setiap permintaan. Terlalu sering juga kita meminta kepada Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Juga kita sering berdoa agar Tuhan menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita sering terlalu lemah untuk percaya, bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang akan kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, hadirin sekalian, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Kepada anakku, Andi, pada hari ini kami semua, terutama saya telah mendapatkan suatu pembelajaran dari kamu tentang seni hidup. Sekian.dan terima kasih”

Pidato tadi membuat setiap orang terpaku di tempat dan akhirnya tepuk tangan bergemuruh membahana di seluruh sisi stadion. Para wartawan pun tak mau ketinggalan mengambil gambar dan mewawancarai Si Juara.

Sore harinya, wajah Andi muncul dalam tayangan sebuah stasiun televisi nasional. Berikut wawancaranya :

“Wah Andi, selamat ya jadi juara atletik pelajar tingkat propinsi!”
“Terima kasih, Kak.”.
“Boleh tahu, apakah Andi selalu berdoa pada setiap akan melakukan sesuatu aktivitas?”
“Ya, Kak. Saya berusaha untuk selalu sadar kepada Tuhan.”
“Mengapa isi permohonan kepada Tuhan, agar Andi tidak menangis jika kalah? Memangnya, berat sekali dalam menghadapi pertandingan ini?”

“Begini Kak, saya baru saja dalam pemulihan sejak sakit demam berdarah seminggu yang lalu. Pertandingan ini tidak bisa diundur dan posisi saya tak bisa diwakilkan. Bapak Walikota sangat mengharapkan saya tampil di final, apalagi Kepala, Guru dan teman-teman sekolah. Saya harus berangkat dengan niat melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya. Kalau pun kalah, saya sudah menghibur diri sendiri, untuk bersyukur karena masih termasuk dalam 5 besar. Namun dalam detik-detik terakhir menjelang lomba dimulai, sebagai manusia biasa ada terbayang kekalahan, mengingat kondisi kesehatan yang belum fit benar. Karena itu, saya betul-betul mohon kepada Tuhan agar memperkuat jiwa dalam menghadapi hal yang terburuk sekalipun.”

“Andi, coba lihat rekaman pertandingan tadi. Pada lintasan 100 meter terakhir, tampak kamu di urutan ketiga. Dari gerak larimu, sepertinya sudah tidak ada kekuatan lagi. Kamu berlari sambil menunduk dan tampak arah gerakan kaki sudah tidak seimbang lagi.”

“Ya, Kak. Saat itu saya sudah dalam kondisi badan yang sangat capai.”
“Tapi menjelang garis finish, kekuatan apa yang menyebabkan Andi bisa berlari cepat dan mendahului 2 teman di depan?”

“Dalam kondisi tadi, terbayang di pikiran saya wajah Bapak Walikota dan Kepala Sekolah. Juga saya masih sempat mohon maaf karena tidak dapat menjadi kebanggan mereka. Tetapi, secepat kilat ada bisikan dari hati dan saya mohon kekuatan lebih untuk menyelesaikan pertandingan ini. Anehnya di mata saya hanya terlihat pita di garis finish, tidak tampak 2 teman yang tadi di depan saya Dan saya merasa berlari tanpa kaki namun dengan bekal semangat. Saya yakin, bahwa Tangan Tuhanlah yang menarik badan ini.”

“Pertanyaan terakhir Andi, boleh tahu siapa yang mengajari sehingga kamu yang masih duduk di bangku SMP begitu percaya kepada kekuasaan Tuhan.”

“Saya mendapatkan hal ini dari didikan orangtua yang anggota Pangestu serta dalam kegiatan yang saya ikuti sebagai Remaja Pangestu.”

“Terima kasih, Andi. Sekali lagi, selamat dan semoga selalu sukses.”
“Terima kasih juga, atas perhatian Kakak.”

One thought on “Doa Seorang Anak Kecil

  1. Sungguh membanggakan memiliki anak seperti Andi, yang dapat merasakan adanya daya yang lebih dari yang Maha Kuasa.
    Mungkin ini adalah hasil pendidikan orang tua tau benar akan kebutuhan makna dan arti kehidupan kita manusia di dunia ini.

Tinggalkan Balasan ke Tjahjono Batalkan balasan